5/28/2009

BAB I - Ketika Cinta Berpisah [1]

Pagi ini tak ada bahagia. Rasanya suram sekali. Seharian Ollie memikirkan Joni. Apalagi yang harus ia perbuat untuk menahan Joni?

Tepat pada jam segini, pasti Joni sedang menunggu di luar. Tak berani memanggil karna takut justru bukan Ollie yang akan keluar. Joni cukup menunggu di dalam mobil. Ia membesarkan volume radio mobilnya tepat saat intro lagu Leaving On A Jetplane berkumandang. Kebetulan, ini adalah suara Justin Timberlake, Ollie ngefans berat sama penyanyi seksi ini.

All my bags are packed
I’m ready to go
I’m standing here outside your door
I hate to wake you up to say goodbye

But the dawn is breaking, it’s early morn’
The taxi’s waiting, his blowing his horn
Already I’m so lonesome I could die

So kiss me and smile for me
Tell me that you’ll wait for me
Hold me like you’ll never let me go
I’m leaving on a jetplane
Don’t know when I’ll be back again
Oh babe I hate to go
I hate to go

...

Sampai akhirnya terlihat ada yang membuka pintu. Tak salah lagi, itu dia, Ollie, remaja berusia 17 tahun yang mempunyai sebuah hubungan khusus dengannya. Joni pun mengeluari mobil, mengendap-endap melalui semak-semak di pekarangan demi mendekati Ollie.

Ollie harus rela melepas Joni, kekasih SMA-nya yang akan segera pergi ke Amerika. Joni harus menuruti kemauan ayahnya untuk memenuhi beasiswa berkuliah disana. Mungkin berat untuk mereka berdua, harus berpisah dengan umur pacaran yang baru jalan 1 tahun. Apalagi kedua orang tua Ollie belum mengetahui tentang hubungan mereka.. Selama ini orang tua Ollie hanya menganggap Joni sebagai sahabat Regha, adik Ollie. Bahkan Regha sendiri pun belum mengetahui apa-apa. Memang Ollie sering terlihat berduaan dengan Joni saat Joni sedang mampir ke rumahnya sekedar bermain PS bersama Regha, namun tak sekalipun Regha mencurigai hubungan mereka berdua.

Cukup menyedihkan jika mengingat masa pacaran mereka yang tak terbilang mengasikkan. Waktu jalan mereka berdua, hanya sebatas di jalanan sekolah, itu juga sebelum Joni lulus SMA. Tentu, mereka tak punya banyak waktu untuk saling mengunjungi, apa lagi jalan bareng. Walaupun rumah mereka berdekatan, tapi jika terlalu dekat, bisa kena curigaan mamah Ollie yang belum merestui anaknya bermain yang namanya cinta-cintaan.

Mereka bertatapan mata sejenak, sebelum akhirnya..

“Kamu yakin mau pergi sekarang?” tanya Ollie. “Perasaan aku gak enak nih.” Selalu kata itu yang di ucapkan semenjak Ollie mengetahui bahwa Joni akan pergi.

“Tentu dong, ini udah bulat.” Joni memandangi Ollie yang mulai menundukkan kepala. “Nanti aku sering-sering ngehubungin deh. Dan, seandainya aku bisa ketemu sama Justin Timberlake, aku bakal minta foto dan tanda tangan aslinya. Kalo bisa, aku kenalin kamu ke dia.” Joni mulai menggurau. Dia kate Amerika Cuma segede daon kelor?!

“Ah kelewatan kamu, mana mungkin Justin...”

“Pasti ketemu Justin kok. Tenang aja lah. Udah yah, nanti aku kelewatan pesawat. Dah....”.

Ia pun memalingkan tubuhnya memunggungi Ollie seolah tak sanggup lagi melihat matanya, namun beruntung Ollie sempat meraih tanganya sebelum Joni berlari.. “Aku nggak enak badan nih.” Ollie mengusap-ngusap lehernya.

Joni mendekati Ollie dan memegang jidat nya. Tak ada yang berbeda dari suhu orang normal. Bahkan lebih terasa panas tangan Joni.

“Kamu sehat-sehat aja.”

“Aku sakit. Tenggorokan ku gak enak.”

Joni kembali memegang jidat Ollie. Sebentar, lalu melepasnya lagi. Dia menggelengkan kepalanya

“Ini nggak bisa di tunda. Aku harus pergi. Maafin aku Lie.”

Ollie tau, segimana rupa dia menipu, tetap saja Joni akan pergi. “Yaudah, good luck ya. Jangan lupa ngasih kabar kalo udah sampe.”

Joni, dengan tatapan hangat, sedikit mencium kening Ollie. “Ok baby, Bye...” Ia kembali berlari ketika melihat bayangan mama Ollie yang berjalan mendekat. Joni tidak sanggup lagi menatap wajah Ollie, dia tidak mau dikatain cengeng hanya karna tidak tahan membendung air mata.

Serentak setelah mobil Joni pergi, mama Ollie keluar. Dia celingukkan sejenak ke sekitar sebelum memandang anaknya yang bertatapan kosong.

“Ngomong sama siapa sih Lie?”

Tak ada respon yang diberikan Ollie. Tatapannya masih kosong. Yang ada di pikirannya sekarang hanyalah Joni.

“Ollie.. Masa mamah didiemin?” Mama Ollie mulai mengambil tindakkan, ia menepuk pundak Ollie

“Eh mah, maaf, hhh tadi nanya apa ya?”

“Tadi kamu ngobrol sama siapa?”

Wajah Ollie mulai sumrigah. “Mmmm... tadi itu, ada orang yang mau nganter soto, tapi salah alamat. Jadi balik lagi. ” Semoga aja mamanya Ollie tidak berpikir yang bukan-bukan. “Sumpah, Ollie gak bo’ong kok.”

“Siapa juga yang mikir kamu bohong?” sebodoh ini kah mamahnya Ollie? “Tapi kira-kira, toko soto mana yang nganterin pesenannya pake mobil?”

“Baru mah. Jaman sekarang kan udah canggih. Emang benyak yang nganterin makanannya pake mobil. Pesawatpun ada. Sepedah mah udah ga jaman.”

“Baru. Kamu tau alamatnya? Pasti soto nya enak banget.”

Ollie terdiam, dia tidak konek dengan pertanyaan mamah yang terakhir. Dia kembali teringat Joni. “Amerika. Liat nanti!”

“Ha? Di Amerika?” mamah melotot.

***
Belakangan ini Ollie selalu ribet untuk tidur. Gak pernah bisa hilang bayang-bayang wajah Joni yang sekarang lagi mengadu nasibnya di Amerika sana demi memenuhi segala cita-cita. Selalu aja gak pernah bisa tenang kalo inget janjinya yang akan selalu ngabarin keadaannya sekarang.

Udah sekitar setahunan Joni pergi. Dan sudah sejak 5 bulan kemarin Joni gak pernah ngasih kabar lagi. Di telpon gak pernah bisa. Di e-mail gak pernah di jawab. Di SMS? Apalagi. Ternyata firasat Ollie waktu itu sedikit terjawab.

Di sana kamu lagi ngapain? Aku kangen! Ollie meninitikkan air mata yang kemudian pecah diatas kerumunan debu genteng rumah. Berhubung di rumah Ollie tak terdapat beranda, maka, untuk melihat bintang-bintang, harus naik ke atas genteng dulu melewati jendela kamarnya.

Bintang.. dalam suasana hati yang gundah maupun kesel, Ollie selalu menyempatkan diri menatap sambil berbincang-bincang sedikit pada bintang. Selain berdoa kepadaTuhan, Ollie juga sedikit memohon bantuan bintang-bintang. Apa lagi semenjak Joni tidak memberikan kabarnya, hampir setiap malam Ollie kesini. Ollie memohon agar Joni segera memberi kabar.

Sulit untuknya menerima kalo pada akhirnya mereka gak bisa bertemu lagi. Apa lagi mesti harus diduakan. Ollie akan selalu menunggu. Karna hatinya yang gak mungkin bisa lupa semua cerita-cerita indah. Harus tegar. Ollie mengusap air mata dan memaksa kan bibirnya untuk tersenyum kepada bintang, menerima semua yang telah dan yang akan terjadi.

Besok, Ollie akan pergi ke Bandung untuk mengakhiri masa SMA nya, dan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Dia akan berkuliah disalah satu Universitas di Bandung. Sesungguhnya Ollie ingin menyusul Joni. Tapi jalan beasiswa yang ia dambakan, tidak dapat terpenuhi. Nggak mungkin kalo Ollie harus merengek-rengek pada orangtuanya untuk diberi ongkos berkuliah di Amerika Serikat, menyusul Joni.

Apakah dia inget kalo Ollie akan pergi besok? Entahlah, pokoknya ke inginan Ollie untuk ngeliat dia saat pergi, pupus sudah. Udah lah, yang penting semoga aja besok dia ngucapin kalimat ‘Good Luck’ seperti yang diucapkannya saat dia akan pergi. Besok mereka pasti akan berbincang dengan riang. Meskipun hanya lewat sebuah Telepon Selullar.

‘Cinta sejati tidak akan kemana’. Kalimat itulah yang Ollie rekam setiap teringat kembali cinta Joni. Cinta sejati memang gak akan kemana, tapi kalo Joni bukan cinta sejati-nya, Ollie belum siap patah hati.

LuvU Forever My Prince : )

***

No comments: